Perumpamaan klasik yang entah sejak kapan terhayati
Seganku bermalam di peluh wajahmu,
Takutmu tertahan dalam tiap senyumanku,
Nafasku satu-satu meniti rindu
Naifku bersama menjemput janji,
Sungguh prasangkaku tak cukup picik memilah ini daya atau damba,
Hingga ia berbuat seenaknya
Bentuk bakti teruji,
Berbagi tak kenal henti,
Tinggi rendah terjembatani
Bisikku, 'Maha Besar Tuhan',
Puji-pujian larut dalam tangisan,
Panjatan syukur terabadikan,
Perbedaan pun terabaikan
Dari celah hujan, ku menampik,
Siasati enggan yang perlahan memekat
Menjelang pagi ku nikmati,
Rintihan mimpi penuh jeruji
Kini ruam-ruam awan meredam,
Mencari-cari tanya di sulaman malam-malam,
Aku melintang,
Mengingat kematian
Jasad-jasad kotor tetaplah menumpang,
Melepas ikhlas,
Menahan haru
Ku tengok waktu,
Sujudmu datang mewasiatiku
Beberapa pekan berlalu,
Lonceng syahdu membangunkanku
0 Comments: