Story

Cerita Pendek : Mungkin

Maulid menyendiri di dalam tenda
Maulid menyendiri, aku panggil dia,”Dek Maul (ma-ul), jangan hapean terus di tenda!”. Sontak dia menolehku dan kubalas dengan gestur wajah dan mata menunjuk ke Atun.
Atun yg sedari tadi ngomel gak karuan, gara-gara lihat Masrun mlungker menggigil kedinginan. “Minum antangin lo Mas!, ini pake koyok!, tak bikinin teh panas ta?! Apa pakai jaketnya si Maul mas?! Di double in lo Mas”. Aku ketawa lihat ekspresinya, tapi Atun makin girang ngomelnya. Ya mungkin itu cara tuhan menghangatkan badannya.
Atun yang ekspresif
Mendengar omelan Atun, jadi ingat ustadzah saya dulu pas masih ngaji, namanya Doktor Harini. Beliau menjabat KaDept di sebuah instansi, dan kebetulan juga pengurus HTI, yang jauh lebih tua dari ustadz Siauwmy. Seharusnya hanya konsultan skripsi, tapi malah jerawat, baju, hobi, dan asupan gizi yang dibenahi. Mungkin itu cara tuhan mewakilkannya kepadaku sosok Umi. Salam rindu ya ustadi…
Sembari ngudeg kopi tubruk, aku ganti bilang ke Atun,”Tun, biarkan saja Masrun tidur. Mungkin memang yang dicari hawa dinginnya”. Atun menjawab nada melas kasian,”Gak tega Lib, kan kasian, lihat Masrun gemeteran”.
Kenampakan geografis
Gunung Penanggungan
Maulid nyeletuk nimpali Atun,”Masrun itu sudah jaketan, pakaiannya kering, beralas matras dan di dalam tenda. Minimal sudah anget, kalau masih menggigil kedinginan ya normal saja. Itu kan proses alami tubuh manusia. Lha kalau di surabaya? Mau orang-orang jaketan, pasang AC belasan, sampek Budhe Risma nandur pohon di jalan-jalan tetap saja sumuk kepanasan”. Aku nambahi,”Ketebalan lemak juga pengaruh hahaha, ya wes nih kopi tubruk buat anget”an.”
“Rame ae lur”, masrun kebangun. Mungkin itu cara Tuhan membangunkannya, dengan berisik obrolan kami dan aroma kopi.
Selesai bercengkrama, aku melihat dari ketinggian deretan tenda-tenda. Aku langsung ingat, jika cermat dilihat, antara pos 1 sampai 4, geografis tanahnya bertingkat rapat. Pohonnya juga berjajar rapi dekat-dekat. Mungkin dulu pernah ada yang ngerumat, atau gunung sendiri yang membuat? Ah masak bumi itu hidup dan menjalankan syariat?!.
Dari kiri: Atun, Maulid & Tholib
Bersiap untuk turun dari Puncak Pawitra
(Dijepret oleh Masrun yang baru bangun tidur)
Memang, aku pernah mendengar sebuah kisah. Ketika perang Uhud, Rasulullah saw dan pasukan pemanahnya yang teledor, kalah. Melihat Rasulullah saw bersimbah darah. Para malaikat marah dan Bumi ikut bersumpah,”Jika menetes satu titik darah Rasulullah saw jatuh ke tanah. Akan kubalikkan gunung-gunung dan aku hantamkan ke pasukan kafir hingga luluh lantah”. Rasullulah saw memohon merendah, mendoakan si kafir segera mendapat hidayah. Mungkin itu yg dimaksud bisyafaati Rasulillah.
-Ditulis oleh Tholib-
Qotrunada Alam Cendaki

Keep us on the right path~

Share
Published by
Qotrunada Alam Cendaki

Recent Posts

Menilik Fanatisme dan Dinamika Politik: Tantangan Menuju Kampanye yang Edukatif dan Kondusif

Parpol peserta pemilu 2024. Sumber: Media Indonesia Barangkali, di benak beberapa pihak yang belum melek…

4 bulan ago

Kedaulatan Pangan & Inovasi Pertanian Indonesia

Sumber gambar: Serikat Petani Indonesia Dalam dinamika ketahanan pangan di Indonesia, tergambar dengan jelas pentingnya…

7 bulan ago

Perencanaan Suksesi: Pelajaran Berharga dari McDonald’s

Sumber: Finansialku Pada suatu momen, McDonald's Corporation, salah satu raksasa bisnis global, mendapati perusahaannya terperangkap…

7 bulan ago

Perencanaan SDM: Membangun Masa Depan Organisasi

Sumber: Business Success Through Strategic Planning Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) adalah pilar utama dalam…

7 bulan ago

Keragaman di Tempat Kerja: Kisah Sukses Blahna Inc.

Sumber: HRD America Dalam era globalisasi yang semakin berkembang, keragaman telah menjadi salah satu isu…

8 bulan ago

Keragaman di Tempat Kerja: Sebuah Urgensi Pengelolaan di Era Kompetitif

Sumber: Golife Keragaman telah menjadi salah satu faktor kunci dalam kesuksesan banyak perusahaan di era…

8 bulan ago

This website uses cookies.